Senin, 29 Oktober 2012

KEPRIBADIAN ATLET



PSIKOLOGI OLAHRAGA
KEPRIBADIAN ATLET



 



DISUSUN OLEH :
CAHYO ADI PRIATNO
10601244186
PJKR / F




FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012







BAB I
Pendahuluan
Usaha untuk mengembangkan olahraga saat ini semakin maksimal, hal ini ditunjukan oleh munculnya beberapa disiplin ilmu penunjang untuk kemajuan olahraga khususnya. Pembinaan mental bagi atlit menjadi penting, untuk memenangkan pertandingan dan menjadi juara. Terdapat banyak pendapat mengenai hubungan antara olahraga dan kepribadian seorang atlet. Atlet dianggap sebagai individu yang kompetitif dan agresif sesuai dengan hakikat olahraga itu sendiri. Akan tetapi, hal ini belum tentu sesuai dengan tingkah laku atlet tersebut pada interaksinya sehari-hari. Oleh karena itu, pengaruh olahraga terhadap ciri kepribadian seorang atlet masih diperdebatkan.

Sekalipun demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur dapat mengakibatkan efek-efek psikologis tertentu seperti perasaan nyaman dan segar (wellness). Hal ini secara tidak langsung tentu berpengaruh terhadap tingkah lakunya sehari-hari, termasuk caranya berinteraksi dan menampilkan diri dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.

Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.






BAB II
Pembahasan

               Sport psikologi membantu Anda untuk memahami banyak aspek kinerja Anda.Sport psikologi adalah studi ilmiah dari faktor-faktor psikologis bahwa efek prestasi olahraga itu yang sangat berperan adalah kesiapan mental. Olahraga psikologi adalah disiplin yang memahami hambatan mental yang dapat berdiri di jalan mencapai tujuan dan prestasi yang diinginkan. Prinsip-prinsip dalam psikologi olahraga didasarkan pada hubungan pikiran dan tubuh. Dan dari prinsip-prinsip psikologi olahraga muncul konsep persiapan mental untuk olahraga. Dari pada menggunakan psikologi olahraga sebagai metode untuk membantu atlet masalah norma baru adalah kepribadian dan mental sebagai bagian dari pelatihan keseluruhan untuk semua atlet. Konsep persiapan mental dalam olahraga benar-benar sangat penting demi tercapainya apa yang diharapkan.

Stress sebelum bertanding adalah hal yang lumrah, namun mampu mengelola stress atau tidak adalah sebuah kemampuan yang harus ditumbuhkan. Stress bisa jadi pemicu semangat dan motivasi untuk maju, namun stress berlebihan bisa berdampak negatif. Tanpa kesiapan mental, sang atlet akan sulit mengubah energi negative (misal, yang dihasilkan dari keraguan penonton terhadap kemampuan sang atlet) menjadi energi positif (motivasi untuk berprestasi) sehingga akan menurunkan performancenya (dengan gejala-gejala sulit berkonsentrasi, tegang, cemas akan hasil pertandingan, mengeluarkan keringat dingin, dll). Bahkan sangat mungkin jika sang atlet terpengaruh oleh energi negatif para penonton.


Faktor Penentu
Urusan energi dan emosi begitu signifikan dampaknya bagi prestasi dan penampilan sang atlet, sementara kita tidak bisa mensterilkan atlet dari masalah yang datang dan pergi dalam kehidupannya. Namun jika ditelaah, rupanya menurut Nasution (2007) ada beberapa faktor yang menentukan mudah tidaknya seorang atlet terpengaruh oleh masalah.

1.      Berpikir positif
Bisa atau tidaknya seorang atlet berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di lapangan. Kemampuan menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A atau B tidak terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah berusaha main sebaik mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan ini jadi moment penting untuk meng up grade¬ kualitas diri dan permainannya. Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain yang membuat dirinya tidak terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada permainan berkualitas akhirnya mempengaruhi sikap atlet tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-hati dan cermat dalam proses, dan tidak grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak skor.
Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran energi dan tekanan yang tepat untuk menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa beragam, bisa kerja sama yang baik, performance yang optimum, atau pun kemenangan.

2.      Motivasi
Tingkat motivasi dan sumber motivasi atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau kurang termotivasi, otomatis daya juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya juangnya juga tinggi. Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang sang atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus. Contoh, makin besar hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya, makin kecil usahanya.
Yang paling baik jika sumber motivasi ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi iming-iming hadiah. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia sudah secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak pada keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses latihan, bukan hanya saat bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh, namun selama motivasi internalnya kuat, atlet tersebut mampu untuk sementara waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa memperberat gerakannya.


3.      Sasaran yang jelas
Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat daya juang, usaha dan kualitas tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa melemahkan motivasi. Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa musuhnya, sasarannya, medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan membuat sang atlet kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya pun tidak spesifik dan standar kualitas nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan membingungkan seperti ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah.

4.      Pengendalian emosi
Ketidakmampuan mengendalikan emosi bisa mengganggu konsentrasi dan keseimbangan fisiologis. Pengendalian emosi tidak bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi bagian dari kepribadian atlet. Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu proses untuk mengembangkan kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi, kalau atlet tersebut masih punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia lebih mudah terstimulasi oleh berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu kelakuan penonton / supporter, sikap pelatih, tindakan teman-temannya, dsb.

5.      Daya tahan terhadap stress
Jika tingkat stres berada di atas ambang kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka akan mengakibatkan prestasi atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah ambang maka atlet tidak akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada level toleransi kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi.

6.      Rasa percaya diri
Kurangnya rasa percaya diri akan mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet. Masalah yang muncul saat berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya dirinya, meski sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi berkaitan dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya kurang baik, kurang sempurna, maka seruan "uuuuuu" penonton bisa dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya, meskipun pada kenyataannya atlet tersebut tergolong berprestasi.

7.      Daya konsentrasi
Atlet yang punya kemampuan konsentrasi tinggi, cenderung mampu mempertahankan performance meski ada gangguan, interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah, maka ia mudah melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan maupun pertandingan.

8.      Kemampuan evaluasi diri
Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan untuk melihat hubungan antara masalah dengan performance-nya. Tanpa kemampuan untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam masalah dan kesalahan yang berulang.


9.      Minat
Jika si atlet memang memiliki minat yang tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya maka ia akan melakukan olahraga tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban.

10.  Kecerdasan (emosional dan intelektual)
Kecerdasan emosional dan intelektual merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan berpikir logis, obyektif, rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang bijak atas peristiwa apapun yang dialami atau siapapun yang dihadapi.


Latihan Pemantapan Kepribadian dan Pembentukan Konsep Diri

            Latihan tingkat lanjut ini dimaksudkan untuk pemantapan mental atlet dan pembentukan konsep diri. The ideal performing state (IPS) bukanlah sesuatu yang bersifat tetap dan akan dapat berubah apabila atlet belum memiliki kesiapan mental dan ketahanan mental yang kokoh atau mantap, sehubungan itu diperlukan terus-menerus latihan pemantapan mental atlet seperti pemantapan Keterampilan dan Penguatan Keterampilan Latihan pemantapan mental dilakukan dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan mentalatlet, dan mengurangi hambatan-hambatan yang timbul dari kekurangan yang ada pada diri atlet.
Program pemantapan mental ini didasarkan atas asumsi bahwa tidak ada manusia sempurna, jadi atlet pun tidak ada yang sempurna, oleh karena itu harus selalu diamati dengan saksamaperkembangan sikap dan mentalnya; dalam hubungan ini pendekatan dari aspek kognitif, konatif, dan aspek afektif-emosional akan sangat membantu dalam upaya lebih memahami perkembangan kesiapan dan ketahanan mental atlet.
Ditinjau dari kesiapan dan ketahanan mental yang berkaitan dengan kognitif, dapat diamatiantara lain: kecepatan dan ketepatan reaksi dan dalam mengambil keputusan, pemusatanperhatiannya, kemampuan menvisualisasi gerakan dan menerapkan dalam latihan, dsb.
Ditinjaudari kesiapan dan ketahanan mental yang berkaitan dengan aspek konatif, dapat diamati antaralain: daya konsentrasi dan kekuatan kemauannya (³will power´), kemampuan mensugesti dirisendiri, bagaimana memotivasi diri sendiri dsb.
Ditinjau dari kesiapan dan ketahanan mentalyang berkaitan dengan aspek afektif-emosional antara lain dapat diamati dari: kemampuanmenguasai emosi dan penguasaan diri, menguasai kemungkinan stress, ketahanan dalammenghadapi hambatan dan gangguan yang datang dari luar dirinya, dsb.Sehubungan itu latihan pemantapan mental yang harus didasarkan atas pendekatan individual,dapat dilakukan dengan perlakuan-perlakuan khusus, antara lain meliputi:
a)      Problem solving training,
b)      Latian konsentrasi yang mendalam (total concentration)
c)      Coginitive rehearshal´ yaitu merubah pola pikir yang ternyata kurang tepat sehinggamenyebabkan kegagalan dalam pertandingan.
d)     Meditasi yang terarah pada penguasaan diri dan pemusatan perhatian pada pencapaiansasaran yang ditetapkan.


BAB III
KESIMPULAN


            Uraian singkat mengenai kepribadian sikap dan mental atlet yang penulis kemukakan, diharapkan dapat memberi gambaran langkah-langkah dalam menangani dan membantu atlet dalam hal pencapaian kepribadian yang tertata dengan baik dan mental yang kuat dalam menghadapi segala hal yang berkaitan dengan pembentukan mental karena yang perlu dilakukan dalam pembinaan atlit dari segi psikologinya untuk mencapai tujuan dan cita-cita atlit sebagai juara.
Pendekatan dari aspek kognitif, konatif, dan aspek afektif-emosional akan sangat membantu dalam upaya lebih memahami perkembangan kesiapan dan ketahanan mental atlet.











Referensi :

Selasa, 23 Oktober 2012

Pengajaran Sepak Bola




PENGAJARAN PERMAINAN INVASI
( Sepak Bola )

Nama              : Cahyo Adi Priatno
NIM                 : 10601244186
Prodi                : PJKR F


Standar Kompetensi*         
      Mempraktikan berbagai teknik dasar permainan dan  olahraga, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar               
Mempraktikan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar beregu serta  nilai kerja sama, toleransi, percaya diri, memecahkan masalah, menghargai teman keberanian*
 



Problem Teknik

  • ·         Menjaga kepemilikan / penguasaan bola

Fokus Pembelajaran

  • ·         Memberi dukungan pembawa bola

Tujuan Pembelajaran

  • ·         Memberi dukungan pemain yang membawa bola


PERMAINAN 1
Penataan
4 lawan 4 (minimal) atau 6 lawan 6 (maksimal) dalam lapangan berukuran  15 x 10 meter, menggunakan gawang kecil (bola). Lihat pada gambar 

Tujuan

  • ·         Berada dalam posisi untuk menerima passing

  • ·         Menyadari bahwa pembawa bola membutuhkan dukungan untuk bisa memberi passing

Kondisi permainan :
·         3 kali sentuhan ( tergantung kemampuan )
·         Bola tidak boleh melambung
Pertanyaan
Q : bagaimana cara pemain yang tidak membawa bola memberi dukungan kepada  pemain yang  membawa bola?
X :  mencari posisi untuk bisa menerima passing.
Q :  dimana posisi itu?
X :  di luar penjagaan dan pada jalur pasing.


TUGAS PRAKTIK 1
Penataan
3 lawan 1 ( penjaga pasif )  dalam lapangan berukuran 5 x 5 meter, (lihat gambar)
Tujuan

  • ·         menyadari lokasi terbaik untuk dukungan pemain pembawa bola.

cara melakukan
·         Bola yang dikuasai X1 dipassing ke X2, setelah X2 menerima bola X3 berlari untuk memberi dukungan dan bola dipassing ke X3.
·         Bergerak cepat dan meminta untuk diberi bola.

PRAKTEK TUGAS 2
Penataan
3 lawan 1 ( penjaga aktif )  dalam lapangan berukuran 5 x 5meter, posisi (lihat gambar)
Tujuan

  • ·         Menyadari lokasi terbaik untuk dukungan pemain pembawa bola.

  • ·         Menggunakan sudut maksimum yang mendukung.

Cara Melakukan
·         Bola yang dikuasai X1 dipassing ke X2, setelah X2 menerima bola X3 berlari untuk memberi dukungan dan bola dipassing ke X3.
·         Pengumpan menunggu penjaga mendekat sebelum mengumpan.
·         Bergerak cepat dan meminta untuk diberi bola.
·         Menggunakan usaha untuk melewati.

GAME 2
Cara bermain
Mengulang game 1.
Tujuan

  • ·         Pembawa bola selalu memiliki dua penerima terbuka.

  • ·         Memberi dukungan secara cepat dan meminta untuk diberi bola.