PSIKOLOGI OLAHRAGA
KEPRIBADIAN ATLET
DISUSUN
OLEH :
CAHYO ADI PRIATNO
10601244186
PJKR / F
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB
I
Pendahuluan
Usaha untuk
mengembangkan olahraga saat ini semakin maksimal, hal ini ditunjukan oleh
munculnya beberapa disiplin ilmu penunjang untuk kemajuan olahraga khususnya.
Pembinaan mental bagi atlit menjadi penting, untuk memenangkan pertandingan dan
menjadi juara. Terdapat banyak pendapat mengenai
hubungan antara olahraga dan kepribadian seorang atlet. Atlet dianggap sebagai
individu yang kompetitif dan agresif sesuai dengan hakikat olahraga itu
sendiri. Akan tetapi, hal ini belum tentu sesuai dengan tingkah laku atlet
tersebut pada interaksinya sehari-hari. Oleh karena itu, pengaruh olahraga
terhadap ciri kepribadian seorang atlet masih diperdebatkan.
Sekalipun demikian, jelas bahwa
melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian
seseorang. Berolahraga secara teratur dapat mengakibatkan efek-efek psikologis
tertentu seperti perasaan nyaman dan segar (wellness). Hal ini secara tidak
langsung tentu berpengaruh terhadap tingkah lakunya sehari-hari, termasuk
caranya berinteraksi dan menampilkan diri dalam kehidupan keluarga ataupun
masyarakat.
Kepribadian
banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan
bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis.
Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan
berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta
sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.
BAB
II
Pembahasan
Sport psikologi membantu Anda untuk memahami
banyak aspek kinerja Anda.Sport psikologi adalah studi ilmiah dari
faktor-faktor psikologis bahwa efek prestasi olahraga itu yang sangat berperan
adalah kesiapan mental. Olahraga psikologi adalah disiplin yang memahami
hambatan mental yang dapat berdiri di jalan mencapai tujuan dan prestasi yang
diinginkan. Prinsip-prinsip dalam psikologi olahraga didasarkan pada hubungan
pikiran dan tubuh. Dan dari prinsip-prinsip psikologi olahraga muncul konsep
persiapan mental untuk olahraga. Dari pada menggunakan psikologi olahraga
sebagai metode untuk membantu atlet masalah norma baru adalah kepribadian dan
mental sebagai bagian dari pelatihan keseluruhan untuk semua atlet. Konsep
persiapan mental dalam olahraga benar-benar sangat penting demi tercapainya apa
yang diharapkan.
Stress sebelum bertanding adalah hal
yang lumrah, namun mampu mengelola stress atau tidak adalah sebuah kemampuan
yang harus ditumbuhkan. Stress bisa jadi pemicu semangat dan motivasi untuk
maju, namun stress berlebihan bisa berdampak negatif. Tanpa kesiapan mental,
sang atlet akan sulit mengubah energi negative (misal, yang dihasilkan dari
keraguan penonton terhadap kemampuan sang atlet) menjadi energi positif
(motivasi untuk berprestasi) sehingga akan menurunkan performancenya (dengan
gejala-gejala sulit berkonsentrasi, tegang, cemas akan hasil pertandingan,
mengeluarkan keringat dingin, dll). Bahkan sangat mungkin jika sang atlet
terpengaruh oleh energi negatif para penonton.
Faktor Penentu
Urusan energi dan emosi begitu
signifikan dampaknya bagi prestasi dan penampilan sang atlet, sementara kita
tidak bisa mensterilkan atlet dari masalah yang datang dan pergi dalam
kehidupannya. Namun jika ditelaah, rupanya menurut Nasution (2007) ada beberapa
faktor yang menentukan mudah tidaknya seorang atlet terpengaruh oleh masalah.
1. Berpikir
positif
Bisa atau tidaknya seorang atlet
berpikir positif, bisa mempengaruhi mentalitasnya di lapangan. Kemampuan
menemukan makna dari tiap peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi
adalah cara untuk menimbulkan pikiran positif. Sering terdengar bahwa pemain A
atau B tidak terduga bisa memenangkan pertandingan padahal targetnya adalah
berusaha main sebaik mungkin. Alasannya, karena lawannya bagus dan pertandingan
ini jadi moment penting untuk meng up grade¬ kualitas diri dan permainannya.
Artinya, sang atlet mampu melihat sisi lain yang membuat dirinya tidak
terbebani ambisi. Pikiran rileks dan focus pada permainan berkualitas akhirnya
mempengaruhi sikap atlet tersebut saat bertanding dimana ia jadi berhati-hati
dan cermat dalam proses, dan tidak grasah grusuh ingin cepat-cepat mencetak
skor.
Jadi, pikiran positif bisa menggerakkan
motivasi yang tepat, sehingga mengeluarkan besaran energi dan tekanan yang tepat
untuk menghasilkan tindakan konstruktif. Dampaknya bisa beragam, bisa kerja
sama yang baik, performance yang optimum, atau pun kemenangan.
2. Motivasi
Tingkat motivasi dan sumber motivasi
atlet akan mempengaruhi daya juangnya. Kalau kurang termotivasi, otomatis daya
juangnya pun kurang. Kalau highly motivated, maka daya juangnya juga tinggi.
Kalau sumber motivasi ada di luar (ekstrinsik), maka kuat lemahnya daya juang
sang atlet pun sangat situasional, tergantung kuat lemah pengaruh stimulus.
Contoh, makin besar hadiahnya, makin kuat daya juangnya. Makin kecil hadiahnya,
makin kecil usahanya.
Yang paling baik jika sumber motivasi
ada di dalam diri, tidak terpengaruh cuaca apalagi iming-iming hadiah. Atlet
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka sejak awal berlatih dia sudah
secara konsisten dan persisten mengusahakan yang terbaik. Kepuasannya terletak
pada keberhasilannya untuk mencapai yang terbaik di setiap tahap proses
latihan, bukan hanya saat bertanding. Masalah yang ada pasti punya pengaruh,
namun selama motivasi internalnya kuat, atlet tersebut mampu untuk sementara
waktu menyingkirkan beban emosi yang dirasa memperberat gerakannya.
3. Sasaran
yang jelas
Mengetahui sejauh mana dan setinggi apa
sasaran yang harus dicapai, mempengaruhi tingkat daya juang, usaha dan kualitas
tempur atlet. Sementara, ketidakpastian bisa melemahkan motivasi.
Ketidakpastian ini bentuknya beragam. Kalau tidak jelas siapa musuhnya,
sasarannya, medan perangnya, tingkat kesulitannya, targetnya, waktunya, akan
membuat sang atlet kebingungan dan energi nya juga tidak fokus, strategi nya
pun tidak spesifik dan standar kualitas nya jadi tidak bisa ditentukan, bisa
terlalu rendah bisa juga terlalu tinggi. Dalam keadaan membingungkan seperti
ini, atlet jadi sangat rentan terhadap masalah.
4. Pengendalian
emosi
Ketidakmampuan mengendalikan emosi bisa
mengganggu konsentrasi dan keseimbangan fisiologis. Pengendalian emosi tidak
bisa muncul dalam semalam, karena sudah menjadi bagian dari kepribadian atlet.
Hal ini bukan berarti tak bisa dirubah, namun perlu proses untuk mengembangkan
kemampuan mengelola emosi dengan proporsional. Jadi, kalau atlet tersebut masih
punya masalah dalam pengendalian emosi, maka dia lebih mudah terstimulasi oleh
berbagai masalah apapun bentuknya, entah itu kelakuan penonton / supporter,
sikap pelatih, tindakan teman-temannya, dsb.
5. Daya
tahan terhadap stress
Jika tingkat stres berada di atas ambang
kemampuan sang atlet dalam memanage stresnya maka akan mengakibatkan prestasi
atlet menurun, namun jika tingkat stres berada dibawah ambang maka atlet tidak
akan termotivasi untuk berprestasi. Jika tingkat stres berada pada level
toleransi kemampuannya maka atlet akan mampu berprestasi.
6. Rasa
percaya diri
Kurangnya rasa percaya diri akan
mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang atlet. Masalah yang muncul saat
berlatih maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa percaya dirinya, meski
sang atlet sudah berlatih dengan baik. Apalagi jika masalah yang dihadapi
berkaitan dengan konsep dirinya. Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya
kurang baik, kurang sempurna, maka seruan "uuuuuu" penonton bisa
dianggap konfirmasi atas kekurangan dirinya, meskipun pada kenyataannya atlet
tersebut tergolong berprestasi.
7. Daya
konsentrasi
Atlet yang punya kemampuan konsentrasi
tinggi, cenderung mampu mempertahankan performance meski ada gangguan,
interupsi atau masalah. Kalau daya konsetrasi atlet rendah, maka ia mudah
melakukan kesalahan jikalau terjadi interupsi baik saat latihan maupun
pertandingan.
8. Kemampuan
evaluasi diri
Kemampuan evaluasi ini juga diperlukan
untuk melihat hubungan antara masalah dengan performance-nya. Tanpa kemampuan
untuk melihat ke dalam, atlet akan terjebak dalam masalah dan kesalahan yang
berulang.
9. Minat
Jika si atlet memang memiliki minat yang
tinggi pada cabang olahraga yang dipilihnya maka ia akan melakukan olahraga
tersebut sebagai suatu kesenangan bukan sebagai beban.
10. Kecerdasan
(emosional dan intelektual)
Kecerdasan emosional dan intelektual
merupakan elemen yang dapat memproduksi kemampuan berpikir logis, obyektif,
rasional serta memampukannya mengambil hikmah yang bijak atas peristiwa apapun
yang dialami atau siapapun yang dihadapi.
Latihan Pemantapan Kepribadian
dan Pembentukan Konsep Diri
Latihan tingkat lanjut ini dimaksudkan untuk pemantapan mental atlet dan pembentukan konsep diri. The ideal performing state (IPS) bukanlah sesuatu yang bersifat tetap dan akan dapat berubah apabila atlet belum memiliki kesiapan mental dan ketahanan mental yang kokoh atau mantap, sehubungan itu diperlukan terus-menerus latihan pemantapan mental atlet seperti pemantapan Keterampilan dan Penguatan Keterampilan Latihan pemantapan mental dilakukan dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan mentalatlet, dan mengurangi hambatan-hambatan yang timbul dari kekurangan yang ada pada diri atlet.
Program pemantapan mental ini didasarkan atas asumsi bahwa tidak ada
manusia sempurna, jadi atlet pun tidak ada yang sempurna, oleh karena itu
harus selalu diamati dengan saksamaperkembangan sikap dan mentalnya; dalam
hubungan ini pendekatan dari aspek kognitif, konatif, dan aspek
afektif-emosional akan sangat membantu dalam upaya lebih memahami perkembangan
kesiapan dan ketahanan mental atlet.
Ditinjau dari kesiapan dan ketahanan mental yang berkaitan dengan kognitif,
dapat diamatiantara lain: kecepatan dan ketepatan reaksi dan dalam mengambil
keputusan, pemusatanperhatiannya, kemampuan menvisualisasi gerakan dan
menerapkan dalam latihan, dsb.
Ditinjaudari kesiapan dan ketahanan mental yang berkaitan dengan aspek
konatif, dapat diamati antaralain: daya konsentrasi dan kekuatan kemauannya
(³will power´), kemampuan mensugesti dirisendiri, bagaimana memotivasi diri
sendiri dsb.
Ditinjau dari kesiapan dan ketahanan mentalyang berkaitan dengan aspek
afektif-emosional antara lain dapat diamati dari: kemampuanmenguasai emosi dan
penguasaan diri, menguasai kemungkinan stress, ketahanan dalammenghadapi
hambatan dan gangguan yang datang dari luar dirinya, dsb.Sehubungan itu latihan
pemantapan mental yang harus didasarkan atas pendekatan individual,dapat
dilakukan dengan perlakuan-perlakuan khusus, antara lain meliputi:
a)
Problem solving
training,
b)
Latian konsentrasi
yang mendalam (total concentration)
c)
Coginitive rehearshal´
yaitu merubah pola pikir yang ternyata kurang tepat sehinggamenyebabkan
kegagalan dalam pertandingan.
d)
Meditasi yang terarah
pada penguasaan diri dan pemusatan perhatian pada pencapaiansasaran yang
ditetapkan.
BAB III
KESIMPULAN
Uraian
singkat mengenai kepribadian sikap dan mental atlet yang penulis kemukakan,
diharapkan dapat memberi gambaran langkah-langkah dalam menangani dan membantu
atlet dalam hal pencapaian kepribadian yang tertata dengan baik dan mental yang
kuat dalam menghadapi segala hal yang berkaitan dengan pembentukan mental
karena yang perlu dilakukan dalam pembinaan atlit dari segi psikologinya untuk
mencapai tujuan dan cita-cita atlit sebagai juara.
Pendekatan dari aspek kognitif, konatif, dan aspek afektif-emosional akan
sangat membantu dalam upaya lebih memahami perkembangan kesiapan dan ketahanan
mental atlet.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar